Top
    bimasbuddha@kemenag.go.id
+62 811-1001-1809

Kisah Wisnu Pembimas Peneguh Harmoni Serumpun Sebalai

Jumat, 21 Juni 2019
Kategori : Berita

Umat Buddha di Kepulauan Bangka Belitung telah hidup rukun dari dulu. Dengan adanya berbagai tradisi dan organisasi keagamaan Buddha, mereka hidup berdampingan dengan damai. Tetapi hal ini tidak membuat Pembimas Buddha Prov.Bangka Belitung Wisnu Widiyanto berdiam diri. Dibuatlah pembinaan-pembinaan yang bersifat kebersamaan, yang melibatkan semua majelis Agama Buddha. Menurut Membutuhkan Charlie Sendra Budi, Umat Buddha Babel membutuhkan orang yang mewadahinya, kalau tidak ada yang mewadahi belum tentu bisa bergabung, punya kesibukannya masing-masing.

“Kami juga butuh pimpinan yang mengkomandoi kegiatan kebersamaan, " ucap Charlie disela-sela acara Napak Tilas dan Perenungan Waisak, menjelaskan peran Wisnu yang memprakarsai peringatan bersama Tri Suci Waisak 2563 B.E.

Dikatakan Charlie, Pembimas Buddha Wisnu telah merawat kerukunan yang ada dengan memprakarsai kegiatan ini. “Dengan melakukan kegiatan bersama-sama, kita jadi bertemu saling bekerjasama, dan akhirnya makin akrab,” ucap Charlie yang merupakan ketua pelaksana Waisak tersebut.

Berpijak dari hal tersebut, umat Buddha Bangka Belitung mengusung tema Tri Suci Waisak kali ini yaitu memperkokoh harmoni yang telah lama hidup di tengah masyarakat kepulauan Bangka Belitung, “Meneguhkan Harmoni Serumpun Sebalai”.

Menurut Wisnu serumpun Sebalai adalah semboyan masyarakat Bangka Belitung yang menggambarkan beberapa etnis dan budaya masyarakat Babel (rumpun) tumbuh bersama membentuk satu kesatuan menjadi masyarakat. Hal ini digambarkan sebagai rumah besar (balai), di mana segala sesuatunya terkait dengan hajat hidup orang banyak dapat dimusyawarahkan (di dalam rumah/balai) sehingga menjadi sebuah harmoni indah untuk menjalani kehidupan.

Meneguhkan, menurut Wisnu adalah harapan umat Buddha Babel agar rangkaian kegiatan Waisak kali ini semakin memperkokoh harmoni yang telah lama hidup di tengah masyarakat kepulauan Bangka Belitung.

Situs Kota Kapur diduga adalah peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang telah ditimbun kembali. Situs ini belum bisa digali dan teliti. Hal ini dikarenakan status pemilikannya masih milik warga setempat. Untuk mengundang perhatian Pemerintah Daerah, sejak tahun 2017 Wisnu memprakarsai pengadaan Napak Tilas dan Perenungan Waisak di tempat tersebut.

Untuk memperteguh komunikasi umat Buddha, Wisnu juga membentuk Forkom Buddhis Bangka Belitung (Forkom BBB). Forkom ini membawahi semua majelis Agama Buddha di Bangka Belitung.


Sumber
:
Penulis
:
eddwin
Editor
:
Budiyono

Berita Terkait