Jakarta (Bimas Buddha) ------- Sebagai wujud dan upaya untuk memupuk sikap moderasi di kalangan wanita Buddhis, DWP Ditjen Bimas Buddha mengadakan Talkshow Moderasi Beragama, Senin (15/5/2023).
Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama RI, Eni Retno Yaqut kepada peserta menyampaikan peran serta ibu dalam mensukseskan program penguatan moderasi beragama ini.
“Moderasi beragama, bukan agamanya yang dimoderasikan tetapi cara kita beragamanya inilah yang perlu di tata, dikaji ulang apakah sudah moderat atau belum,” ungkapnya.
“Semua agama apapun itu saya percaya mengajarkan kebaikan bagaimana kita berinteraksi dengan sesama, bagaimana kita menghormati dan berkasih sayang dengan sesama mahkluk Tuhan, karena esesnsi semua agama itu adalah memanusiakan manusia,” lanjut Eni Yaqut.
Menurutnya nanti bagaimana peran perempuan ini dalam mensukseskan juga tentang moderasi beragama pastinya sangat-sangat dibutuhkan.
Konsep moderasi beragama lanjut Eni Yaqut, bagaimana kita bisa mendidik diri kita, anak-anak kita dan atau siapapun untuk merasa teguh nyaman damai memegang ajaran agama yang kita yakini, ini beribadah sesuai ajaran agamanya, sesuai yang kita yakini, tapi disaat yang sama kita juga bisa menerapkan damai berinteraksi dengan mereka yang berbeda keyakinan dengan kita.
Sementara Dewi Lestari seorang novelis dan musisi mengatakan dalam berbicara ada dua aspek yaitu aspek vertical dan horizontal ke lingkungan kita, berbicara moderasi beragama pastinya kita akan bicara lebih banyak ke aspek horizotal.
Menurutnya agama menentukan cara adat kita melihat dunia, melihat diri kita sendiri, melihat orang lain sehingga efeknya bukan hanya kepada diri kita tetapi juga kepada sesama dan lingkungan.
Lebih lanjut Dewi lestari menyampaikan bahwa toleransi itu adalah suatu hal yang sangat penting, Namun ada satu aspek lagi yang sangat penting bagi saya yaitu apresiasi beragama.
Ia menambahkan apresiasi beragama dapat menyempurnakan konsep toleransi. Karena apresiasi beragama tidak berangkat dari perbedaan melainkan kita menghargai setiap agama sesuai dengan apa adanya tidak membandingkan dengan apa yang saya memiliki.
“Dengan membiasakan hidup mengapresisai perbedaan ini akan semakin luas efeknya bukan hanya kepada kehidupan sehari-hari tetapi juga denagan cara kita beragama. Hidup moderasi itu lebih kepada cara kita beragama dengan berinteraksi bersama orang lain bukan hanya pada urusan diri kita saja,” sebutnya.
Selanjutnya Melly Kiong dalam kesempatan memberikan materi menyampaikan lima hal penting bagi orang tua (Mindful Parenting) untuk menciptakan generasi emas Indonesia yakni mendengarkan anak dengan penuh perhatian, tidak menghakimi anak, kendalikan emosi dan sabar, bersikap adil dan bijaksana (berikan apa yang dibutuhkan anak bukan apa yang diinginkan), welas asih (cinta kasih yang sangat luas sekali).
Dirjen Bimas Buddha mengatakan penyelenggarakan kegiatan penguatan moderasi beragama diawali dari keluarga karena itulah, maka kami Bimas Buddha menerjemahkan program Moderasi Beragama dengan tema “Peran Wanita Dalam Moderasi Beragama”.
Supriyadi berharap lewat keluarga itulah akan ditanamkan nilai-nilai moderasi beragama sehingga sejak dalam keluarga, dari anak, ayah, ibu, dan seluruh keluarga di dalamnya bisa saling memahami dan bisa saling mempraktekan cara beragama yang moderat.