Magelang (Humas Buddha) --------- Dalam memberikan pemahaman dan penguatan Moderasi Beragama kepada pemuda pemudi, Yobbana Dhamma Samaya tahun 2022 menghadirkan Lukman Hakim Saifuddin (LHS).
Dengan lugasnya Lukman mengungkapkan rasa syukur karena dapat berkesempatan berbicara moderasi beragama dengan umat Buddha.
“Saya merasa bersyukur karena berbicara moderasi beragama dengan umat buddha sebenarnya tidak terlalu sulit, mengapa karena ajaran Sang Buddha sendiri hakikatnya adalah mengajak kita untuk jangan melebih lebihkan jangan melampaui batas, moderat/moderation/moderatio. Di tengah ajaran Buddha mengenal jalan tengah, persis sekali seperti itu, jadi tidak ekstrim, tidak melebih-lebihkan, tidak malampaui batas, adil dan berimbang,” di Magelang, Kamis (17/11/2022).
Menurutnya ketika orang itu memahami moderasi beragama maka orang itu memilih beragama jalan tengah yang artinya tidak berlebihan dalam memahami konteks ajaran agama yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya.
Menteri Agama (2014-2019) mencontohkan sebagai seorang Buddhis, apakah kita meyakini ajaran Buddha itu adalah agama yang paling benar diantara agama-agama yang lain atau semua agama sama semua ?
“Tujuannya sama, ajaran kebaikannya sama, ritual berbeda, tata cara perabadatan berbeda,” kata LHS.
Lukman juga mengatakan beragama itu ada wilayah imternum (dalam diri kita) dan eksternum (diluar diri kita).
Jika terkait internum kata Lukman berada dalam wilayah diri kita sendiri artinya kita punya otoritas untuk menentukan mana yang terbaik menurut kita tanpa bisa diiintervensi/campur tangan/dipengaruhi oleh orang lain diluar diri kita.
“Saya mau beribadah seperti apa itu otoritas mutlak diri saya yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Itu ada dalam diri saya dan saya tidak perlu toleransi dalam artian menghargai dan menghormati perbedaan yang ada pada pihak lain. Karena di wilayah internum hanya diri kita sendiri saja, tidak ada orang lain, jadi tidak ada perbedaan di situ,” tuturnya.
“Sebagai muslim, saya meyakini betul bahwa ajaran saya lah yang paling benar,” anjut LHS.
Saya seorang Buddhis, (misalnya) meyakini betul bahwa ajaran Sang Buddhalah yang paling benar. Diantara banyak kebenaran tempat lain, tapi ajaran Sang Buddha yang saya pilih sebagai sebagai keyakinan.
Di wilayah eksternum banyak sekali keragaman karena banyak orang. Jangankan satu paham agama satu dengan yang lain. Sesama penganut Buddha juga beragam dari majelis, aliran, paham, tata cara ritual keagamaan dan lain lain.
Maka toleransi itu mengharagai dan menghormati perbedaan yang ada pada pihak lain pada wilayah eksternum.
Karena di wilayan eksternum ada keragaman dimana kebenaran itu tidak tunggal sesuai ajaran Sang Buddha.
Oleh karena ketika kita di wilayah eksternum, situasi kondisi yang majemuk/beragam kita harus bisa menghargai menghormati keragaman perbedaan yang ada.
Ketika kita berada di wilayah internum, kita harus meyakimi hanya satu-satunya kebenaran yang kita yakini.
LHS menambahkan untuk bisa membedakan mana ajaran pokok, ajaran cabang, ajaran universal dan partikular maka perlu ilmu perlu wawasan.
Ajaran universal kata Lukman meliputi ajaran kebenaran, kemanusiaan, kemaslahatan, membangun hal yang bermanafaat banyak orang, saling memberi saling menolong, saling menebarkan kasih sayang, membanghn kerukunan. Itu adalah ajaran pokok yang tidak boleh disimpangi/diingkari.
Ada juga ajaran yang bersifat partikular, seperti tata cara peribadatan, paham aliran, tata cara berpakaian. Itu bukan prinsipil/pokok. Terhadap hal-hal yang bukan pokok kita.
Kepada peserta Lukman Hakim mengingatkan untuk untuk memahami agama tidak hanya melalui google namun perlu melalui tokoh.
“Maka bagi anak muda, beragama harus senantiasa merujuk pada orang yang mempunyai kompetensi tentang agama itu. Jadi memahami ajaran agama tidak bisa hanya melalui google, sosial media tetapi juga perlu melalui tokoh-tokoh sosok pemuka agama yang memiliki kompetensi ajaran itu sendiri sehingga kita tidak tergelincir/terperosok pada bentuk,” tandas Lukman.