Tangerang (Bimas Buddha) -------------- Dalam menanamkan sikap dan budaya kebersamaan dan sikap toleransi melalui Moderasi Beragama kepada generasi muda, Ditjen Bimas Buddha selenggarakan kegiatan Pemanfaatan Digitalisasi Bagi Pemuda dalam Mendukung Moderasi Beragama.
Kegiatan diikuti oleh 200 peserta dari pemuda lintas agama utusan organisasi kepemudaan majelis agama Buddha, Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Konghucu serta organisasi kepemudaan lainnya dengan menghadirkan narasumber profesional, bertempat di Aula Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya Tangerang Banten pada Sabtu (15/04/2023).
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha mengatakan kegiatan ini diadakan untuk mempertemukan para pemuda yang ada diseluruh potensi umat Buddha sekaligus kita mempertemukan dengan para pemuda dari lintas agama.
“Pemuda saat ini hidup di era yang berbeda dengan perkembangan revolusi industri dari era 1.0, 2.0, 3.0 dan 4.0 ini membutuhkan sikap dan perilaku, maka upaya kita Ditjen Bimas Buddha membangun kolaborasi komunikasi karena sesungguhnya dalam perkembagan era teknologi ini arus informasi sangat berlebihan,” jelas Dirjen.
Sehingga menurut Dirjen diperlukan kesetaraan dalam pemahaman atas berbagai fenomena yang ada kalau tidak ada kesetaraan nanti ada kesenjangan sosial.
Dengan pertemuan ini diharapkan ada titik temu untuk bisa saling bersiratuhrohmi atau saling berkalyanamitta berkolaborasi dari setiap kegiatan yang kedepan nanti bisa saling memahami perbedaan dan bisa memahami antas potensi yang dimiliki masing masing itulah sesunggguhnya implementasi dari moderasi beragama
M. Arief Rosyid Hasan Komisaris Independen Bank Sariah Indonesia (BSI) saat hadir memberikan materi menuturkan “Moderasi beragama sebenarnya adalah jalan tengah, jalan sebenarnya diharapkan oleh founding fathers kita, kenapa Pancasila itu ada, kenapa Bhinneka Tunggal Ika itu ada, karena pengin ada semangat moderasi beragamanya itu udah hidup pada waktu itu, jadi walaupun muslim terbesar tetapi ada teman-teman yang lain ada disana, itu yang kita butuhkan,” terangnya.
Menurutnya selain jalan tengah itu semangat keberagaman kita untuk memanusiakan manusia, hal ini menjadi hal yang fundamental yang dibutuhkan oleh bangsa kita sudah sedemikian besar ini sekitar 270 juta penduduk datang dari ribuan suku, beragam agama dan segala macam.
Menyinggung kontek digitalisasi menurutnya “Digitalisasi ini sudah sangat jauh perubahannya apalagi pasca covid, makanya sebagai generasi itu kita harus memahami, perubahan-perubahan itu tidak akan mendestruksi kita, tetapi malah harus menkontruksi anak-anak muda saat ini, teknologi ini kan ibarat pisau/samurai bisa membunuh tetapi bisa juga digunakan untuk melindungi diri kita, jadi harusnya teknologi di era moderasi beragama ini tadi, bukan malah untuk semakin memecah belah tetapi untuk semakin untuk mempersatukan nilai-nilai yang bisa mempersatukan kita,” lanjut M. Arief Rosyid Hasan.
Untuk mencapai persatuan lanjut M. Arief Rosyid Hasan dibutuhkan trust, sikap saling percaya, dibutuhkan interaksi atau kebersamaan, istilah lain silahturahmi atau anjangsana antar organisasi baik yang ada di buddha ini maupun lintas agama.
M. Arief Rosyid Hasan berharap setelah forum ini bisa mengimplementasikan dalam interaksi, dalam kerjasama, dalam anjangsana, harus diimplementasi, karena itu mustahil bisa mewujudkan cita-cita besar founding thers kita ini kalau tidak ada kebersamaan, tidak ada sikap saling percaya, dan sikap saling percaya ini mustahil ada kalau tidak ada interaksi, dan interaksi ini tidak hanya sekedar ide atau gagasan tetapi harus dikerjakan.