Top
    bimasbuddha@kemenag.go.id
+62 811-1001-1809

Dalam Suasana Hujan Gerimis, Ribuan Umat Buddha Jalani Pujayatra dari Mendut ke Borobudur

Minggu, 06 Juli 2025
Kategori : Berita

Magelang (Bimas Buddha) ----------- Prosesi pujayatra atau kirab dari Candi Mendut ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang dalam rangka perayaan Ashada, Minggu (7/7/2025) diikuti ribuan umat Buddha. Tak kurang 11.000 WIB umat yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia dan sebagian dari luar negeri itu tumpah ruah memadati jalan sepanjang sekitar 3 kilometer tersebut.

Bahkan gerimis yang turun selama prosesi tak sedikitpun menyurutkan antusiasme umat. Mereka tetap bisa khusyuk mengikuti seluruh prosesi dan tampak tertib selama kirab. Selain diikuti umat dari berbagai wilayah, pujayatra juga semakin khidmat dengan bergabungnya 2.000 peserta Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) 2025. Barisan peserta ITC ini juga mudah dikenali karena barisannya sangat rapi dengan pakaian yang seragam, yakni kaus putih, bawahan hitam plus selempang merah yang membalut tubuh mereka.

Sekitar pukul 13.00 WIB barisan kirab mulai meninggalkan area Candi Mendut. Empat kereta kencana rancangan Bhante Sri Phannavaro yang tiga hari sebelumnya dipajang di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur juga turut dikirab. Kereta Kencana Stambha Vijaya berada di urutan terdepan. Disusul Kereta Kencana Dhammacakka, Tipitaka dan Mahadhatu.

Dalam kesempatannya Dirjen Bimas Buddha Supriyadi turut mengikuti kirab di barisan depan sambil membopong bunga. Di belakangnya, menyusul sejumlah tokoh-tokoh Buddha dan pengurus  Sangha Theravada Indonesia. Kehadiran Barisan Merah Putih, Bendera Buddhis, Bhinneka Tunggal Ika, Amisa Puja semakin menyemarakkan prosesi kirab.

Yang lebih menarik, di sela-sela perjalanan juga diwarnai dengan atraksi kesenian rakyat. Selain menjadikan pujayatra lebih khidmat, atraksi ini juga menjadi hiburan warga yang menonton kirab. Di bagian belakang, ribuan umat dari berbagai usia yang sejak pagi memenuhi kawasan Mendut secara rapi juga mengikuti kirab. Sambil membawa bunga dan pin, mereka berjalan perlahan sambil melakukan perenungan diri.

Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama Supriyadi mengapresiasi jalannya kirab pujayatra yang berjalan khidmat. Supriyadi menilai,  pujayatra adalah perjalanan menuju tempat pemujaan dalam rangka Ashada. Dengan dasar itu, maka pujayatra diawali perlu dengan keyakinan penuh.

“Sehingga dalam perjalanan ini umat mengikuti arahan dari para rohaniwan kita dan para bhante bahwa berjalan tidak mengenakan penutup kepala, juga tidak banyak bicara. Tapi kita berjalan merenungkan akan keagungan Buddha, dhamma dan sangha,” ujar Dirjen

Supriyadi mengajak umat Buddha untuk memahami secara mendalam makna dari pujayatra tersebut. Dengan demikian, prosesi ini tak sekadar ritual biasa, namun nilai-nilai keluhuran dari  ajaran Buddha bisa diimplemetasikan secara tepat dalam kehidupan nyata.

“Semoga sampai di Borobudur, akan semakin menguat keyakinan itu dan pada saat melakukan puja asadha kita bisa mengingat kembali akan ajaran Buddha yang pertama kali dibabarkan kepada para siswanya. Semoga kita semua siap melaksanakan dengan sebaik-baiknya,” harapnya.

Makna perenungan diri dalam kirab pujayatra ini juga disampaikan Bhikku Sri Subhapanno Mahathera. Dia menilai, pujayatra tidak sekadar jalan-jalan biasa, tapi jalan dengan penuh perenungan. Artinya, langkah demi langkah hanya ditujukan kepada junjungan yakni Sang Buddha Gautama, Dhamma dan Sangha.

“Dengan perenungan tentu akan mendatangkan kejernihan dalam pikiran sehingga kalau muncul hal buruk otomatis akan terenyahkan. Jadi tujuannya untuk diri sendiri bagi umat yakni memurnikan batin, pikiran. Sehingga di pikiran yang muncul akan keterbukaan untuk terus melakukan hal-hal baik menembus pengetahuan dan kebijaksanaan,” ujarnya.

Hadirnya empat kereta kencana maupun benda lain dalam kirab memang bermakna simbolik. Dia mencontohkan, Kereta Kencana Mahadhatu yang merupakan relik namun sejatinya menggambarkan sisa-sisa jasa guru agung Buddha di mana Sang Buddha adalah orang suci. Maka umat Buddha diajak memikirkan sosok Buddha yang sempurna dengan harapan mereka bisa bergegas mengikuti apa yang telah diajarkan.


Sumber
:
Tim Humas
Penulis
:
Budiyono
Editor
:
Budiyono

Berita Terkait