Bogor (Bimas Buddha) -------------- Ribuan umat Buddha mengikuti upacara Pengecoran Rupang Buddha (Puja Mangala Buddha Statue Casting Ceremony) di Vihara Vipassana Giriratana Gunung Sindur Kabupaten Bogor, Minggu (16/04/2023).
Pelaksanaan upacara dihadiri oleh segenap Anggota Sangha Theravada Indonesia, Dirjen Bimas Buddha dan ribuan umat Buddha dari wilayah Medan, Pekanbaru, Kalimantan, Bandung, Jakarta, Bogor, Bekasi dan Banten serta wilayah lainnya.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi memberikan apresiasi kepada kepada inisiator serta panitia pelaksana yang telah menyelenggarakan kegiatan yang sangat terhormat ini di bawah bimbingan Sangha Theravada Indonesia.
“Semoga peristiwa ini membangkitkan Bodhicitta di negeri kita sebagai umat Buddha agar kita memiliki keyakinan yang kuat dan memilili pengertian yang baik sebagai berbuat kebajikan agar kita yang kita lakukan berbuat kebaikan,” ungkapnya.
Sanghapamokkha YM. Bhante Sri Pannavaro Mahathera dalam pesan Dhamma menyampaikan pembuatan Arca Buddha dari logam, memang sudah dimulai di Indonesia oleh para pengrajin yang sangat piawai dan berasal dari lintas agama. Tetapi upacara penuangan cairan logam atau pengecoran itu dilakukan dengan upacara, baru pertama kali ini.
“Pengecoran Arca Buddha sejak awal dilakukan dengan upacara, dengan pikiran yang bersih, dengan keyakinan yang kuat dan pembacaan parita-parita suci, ini untuk menandai bahwa patung yang dibuat atau arca yang dibuat itu bukan arca sembarangan, bukan arca untuk hiasan apalagi arca untuk diperjualbelikan,” jelas Bhante.
“Arca yang dimulai pengecorannya dengan upacara, dan nanti jika sudah selesai ditempatkan di vihara juga dengan upacara. Arca ini mempunyai arti penting, bagi segenap umat Buddha. Arca Buddha atau Buddha Rupam atau Buddha Nimitta (tanda tentang kebuddhaan), ini adalah sebagai sarana untuk mengingat guru agung kita, untuk menimbulkan nilai-nilai keyakinan atau saddha terhadap guru agung kita, tetapi juga ada yang menggunakan istilah Arca Buddha itu adalah sarana untuk berhubungan dengan pencerahan sempurna,” lanjutnya.
Bhante menambahkan Arca Buddha atau Buddha Rupam merupakan salah satu dari 3 cetiya artinya objek yang patut dijadikan fokus pada saat umat Budha melakukan puja bakti.
“Yang pertama adalah Saririkadathu cetiya, objek puja yang berupa relik sisa jasmani guru agung kita atau para arahat rang-orang suci, stupa-stupa besar yang didirikan seperti Candi Borobudur, yang kedua adalah pohon bodhi, karena di pohon bodhi itulah Sang Guru Agung Budha Gautama berjuang dan mencapai pecerahan di bulan purnama di bulan waisaka, yang ketiga adalah gambar atau foto atau segala bentuk termasuk Arca Buddha yang layak dijadikan objek pada waktu umat Buddha melakukan puja bakti,” tutur Bhante.
Bhante juga menjelaskan umat Buddha sangat terbuka dan menghargai karya-karya Buddha rupam itu dari bermacam-macam budaya di seluruh dunia. Arca Buddha atau Buddha rupam utama di vihara juga dibuat dan sesuai dengan model Thailand bukan model Borobudur, tetapi umat Buddha menghargai itu karena model apapun dan dibuat di negara manapun, Buddha Rupam adalah Buddha Nimitta yang menghubungkan pikiran kita dengan pencerahan sempurna.
Ketua Panitia Penyelenggara Edwin Darius menyampaikan upacara dilaksanakan bertujuan untuk menanam kebajikan melalui patimadana sebagai sarana untuk memperkokoh keyakinan pada Tiratana serta sebagai edukasi bagaimana proses membuat sebuah rupang mulai dari cetakan pengecoran samai pada finising.
Edwin menambahkan upacara ini mendapatkan penganugerahan piagam MURI yang merupakan pertama kali diadakan di Indonesia dan menjadikan kita semua yang hadir disini menjadi pelaku sejarah.