Bogor (Bimas Buddha) --------- Ratusan umat Buddha membanjiri Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat, Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk mengikuti perayaan Waisak 2569 B.E. pada Sabtu (24/05/2025.
Acara dibuka dengan ritual Pindapatta kepada lima Bhikkhu Sangha, yakni YM. Luang Phor Sombat Pavitto Mahathera (84 tahun-57 vassa), Bhante Subin (29 vassa), Bhante Tanaphon (20 vassa), Bhante Chanon (6 vassa), dan Bhante Yuthana (5 vassa). Prosesi ini disambut penuh hormat oleh umat dari berbagai daerah yang datang secara khusus, termasuk dari Vihara Amurwa Bhumi Cibinong Bogor, Vihara Gayatri Cilangkap Depok, Cetiya Bakti Lautan Kasih, Vihara Sian Jin Ku Poh Tonjong, serta Vihara Buddha Loka Karawang dan Komunitas Katannu Katavedi Karawang.
Dirjen Bimas Buddha Supriyadi menyampaikan harapannya agar perayaan seperti ini memperkuat peran umat Buddha dalam pembangunan bangsa. “Ritual harus bersanding dengan kontribusi sosial. Kehadiran umat Buddha harus nyata terasa dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya Dirjen.
Ketua Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat Bogor, Carren Chaterina menegaskan bahwa Waisak bukan sekadar ritual, tetapi momentum untuk menyatukan umat lintas usia dan latar belakang. “Kami ingin Vihara ini menjadi rumah batin bagi siapa pun yang menabur kebajikan, dan ruang tumbuh untuk kaum muda Buddhis,” katanya. Sementara itu, Pembina Vihara Andrey Nataldy, menggarisbawahi pentingnya konsistensi dalam membangun komunitas Buddhis yang mandiri dan dinamis.
Rangkaian puncak spiritualitas perayaan Waisak yakni Dhammadesana yang disampaikan YM. Luang Phor Sombat Pavitto Mahathera, dan sesi blessing yang diiringi pembacaan paritta pembuka dan penutup. Dana makan siang kepada para Bhikkhu dilanjutkan makan siang bersama umat. Bazar UMKM bertajuk “Pelita Talenta Berdaya” menambah dimensi pemberdayaan ekonomi lokal dalam perayaan keagamaan ini.
Perayaan Waisak 2025 di Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat bukan hanya menyajikan kekayaan ritual, tapi juga membingkai spiritualitas dalam format sosial dan budaya yang inklusif. Sosok Carren Chaterina dinilai sukses menjadikan momentum ini sebagai titik temu antara tradisi dan visi masa depan Buddhisme Indonesia.
Acara yang dipandu oleh Eric Fernando ada sesi penampilan tari piring oleh anak-anak Panti Asuhan Teratai Kasih mencuri perhatian dengan gerak penuh makna dan ekspresi kebajikan. Paduan suara mereka yang menyanyikan lagu “Ayah-Ibu” dan “Malam Suci Waisak” menambah nuansa haru. Usai pertunjukan, dilanjutkan prosesi penyalaan lilin panca warna serta persembahan sarana puja ke altar: dupa, lilin, bunga, buah, air, dan manisan, yang memperkuat suasana sakral dan kontemplatif.
Hadir dalam perayaan Waisak antara lain Pembimas Buddha Jawa Barat Bodhi Giri Ratana, Penyelenggara Buddha Bogor Handrian Widjaya, serta pemimpin puja Romo Ali Sasana Putra dan Romo Suliyanta, tamu undangan dan umat dari berbagai vihara dan komunitas ini menunjukkan solidaritas membuktikan bahwa semangat Waisak mampu melintasi batas wilayah dan organisasi.