Jakarta (Humas Buddha) --------- Setelah empat hari menerima berbagai materi dan ilmu terkait Karya Tulis Ilmiah (KTI), tiba saatnya peserta memaparkan karya tulisnya melalui sesi seminar.
Keseluruhan peserta yang diwakili oleh lima kelompok terpilih pada kegiatan Pelatihan Teknis Penulisan KTI bagi Pejabat Fungsional ini unjuk kepiawaian menulis dalam sesi seminar, pada Kamis (16/5/2024).
Seminar ini merupakan sesi yang ditunggu-tunggu sebagai “final” meski menurut jadwal pelatihan akan berakhir dan ditutup pada tanggal 17 Mei 2024.
Di hadapan evaluator dan peserta, para peserta akan menyampaikan hasil pemikirannya dalam bentuk KTI berupa policy brief, policy paper, artikel, jurnal, dan sebagainya.
Melihat jangka waktu pelatihan maka tidak memungkinkan untuk dilakukan pemaparan KTI oleh setiap peserta. Oleh karenanya, panitia membatasi pemaparan untuk enam penyaji yang pada akhirnya berdasar hasil seleksi jumlahnya mengerucut menjadi lima saja.
“Dikarenakan durasi waktu pelatihan yang relatif singkat, maka jumlah penyaji dalam sesi seminar hanya dibatasi maksimal enam saja,” tutur Nur Santi selaku Sekretaris dalam kepanitiaan kegiatan.
Kendati waktu pelaksanaan pelaksanaan latihan sangat singkat, namun hal itu dinilai sudah memberikan dampak positif yakni adanya semangat untuk menulis dalam diri peserta.
Hal tersebut diungkapkan oleh Achmad Nidjam selaku evaluator dalam seminar, yang menjabat sebagai Widyaiswara Ahli Madya di Pusdiklat Tenaga Administrasi.
“Saya lihat tadi cukup bagus ketika mempresentasikan, bahkan secara substantif juga mempunyai banyak kemanfaatan untuk umat,” tutur Achmad Nidjam.
Dirinya juga berharap bahwa pelatihan ini tidak hanya berhenti begitu saja karena merupakan starting point untuk menulis dengan passion, dan menulis dengan hati. Menurutnya dengan menulis dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemanusiaan, organisasi, maupun diri pribadi karena menulis adalah simbol dari investasi untuk kemajuan bangsa dan negara.
“Untuk Ditjen Bimas Buddha, membudayakan menulis adalah membudayakan untuk mulai berfikir kritis, cerdas, solutif, dan tentunya akan selalu memberikan yang terbaik bagi umat Buddha pada khususnya, juga bagi kemanusiaan pada umumnya. Kerena menulis, adalah ekspresi dari buah pikiran, hati, dan juga ide-ide positif bagi kehidupan,” pesannya saat menutup sesi wawancara bersama tim Humas Buddha.