Jakarta (Bimas Buddha) ------------ Dalam mewujudkan pelayanan kepada umat, Dirjen Bimas Buddha Supriyadi lakukan anjangsana dan diskusi kepada Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) bertempat di Prasadha Jinarakkhita, Selasa (28/03/2023).
Suriyadi menyampaikan bahwa maksud kedatangan beserta rombongan berkunjung ke KBI untuk berdiskusi dalam upaya bersama-sama menguatkan umat dari level bawah, membangkitkan potensi untuk menguatkan umat dalam bidang keyakinan, ekonomi, dan pendidikan.
Acara diskusi Dirjen mengajak Staf Khusus Menteri Agama “Saya mengajak Pak Staf Khusus ini, Beliau adalah aktivis PBNU. Saya melihat perkembangan teman-teman muslim itu organisasinya begitu besar dan kuat. Dan punya sebuah garis-garis komando yang begitu dapat dipatuhi dan dipahami,” ucapnya.
Stafsus Menteri Agama Abdul Kharis Ma'mun (Gus Sofiwi) dalam kesempatan hadir menjelaskan gambaran tentang organisasi kegamaan yang ada dalam keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU).
“Dulunya leluhur Buddha di Nusantara mempunyai pasastrian/padepokan yang kemudian ditiru menjadi pesantren oleh NU, dan NU sebenarnya adalah pesantren besar, dan pesantren kecil merupakan pesantren yang dikelola atau diasuh oleh para Kyai, jadi selama pesantren ada maka NU akan tetap ada," sebutnya.
“Dalam organisasi yang paling penting itu adalah melakukan pengkaderan generasi muda nya di samping program program lainnya, karena dengan melakukan pengkaderan maka sedang melakukan memperpanjang hidup organisasi, tanpa pengkaderan sudah di pastikan ke depan organisasi akan tertatih-tatih dan sangat mungkin mati/bubar,” tambah Gus Sofiwi.
Menjawab pertanyaan terkait bagaimana NU menanamkan nilai-nilai ke-NU-an, dan bagimana NU menopang ekonominya, Abdul Kharis Ma'mun menuturkan bahwa NU mengelola dengan baik organisasi dengan mengembangkan lembaga pendidikan berbasis Aswaja, mengembangkan ekonomi umat dengan laziznu, pemberdayaan dan distribusi kader kader muda NU di semua bidang sehingga NU mampu untuk berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam diskusi Dirjen juga menerima beberapa usulan terkait pembuatan keputusan Dirjen yang bisa dilaksanakan oleh semua majelis dalam rangka pembinaan umat, dan juga usulan bagaimana kurikulum yang menarik bagi Sekolah Minggu Buddha, sehingga SMB dapat diminati oleh anak-anak Buddhis.
Mahanayaka SAGIN Bhikkhu Nyanasuryanadi Mahathera dalam pesannya menyampaikan bahwa kita jangan lagi asyik menata sistem, tapi tidak asyik berkoordinasi, kita asyik mengakomodir kebutuhan berorganisasi tetapi bukan asyik mengakomodir kebutuhan umat.
“Mari kita mulai rubah wacana menjadi eksekusi mulai dari akar rumput, maka kombinasi pola dari pusat ke daerah, dan dari daerah ke pusat perlu dikombinasikan. Sehingga kita dapat mengakomodir kebutuhan akar rumput. Maka organisasi dan pelayanan menjadi satu kesatuan,” harap Bhante.
Tampak hadir dalam diskusi Sangha Agung Indonesia (SAGIN), Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Warga Usia Lanjut Bahagia (WULAN Bahagia) Sekretariat Bersama Yayasan Buddhayana Indonesia (Sekber YABUDHI), dan Wanita Buddhis Indonesia (WBI).