Jakarta (Bimas Buddha) -------- Dalam satu minggu ini umat Buddha berduka dengan wafatnya sesepuh Sangha Agung Indonesia YM. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera, wafat pada tanggal 26/01/2022 pukul 04.00 di Medan Sumatera Utara.
YM. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera merupakan Bhikkhu Theravada paling senior di Indonesia yang sudah melewati 53 vassa dan selama pengabdiannya sangat disayangi dihormati, dikagumi oleh umat Buddha karena hidup dengan kesederhanaan dan keteguhan dalam prinsipnya.
Kebanyakan umat Buddha menyebut YM. Bhikkhu Jinadhammo Mahathera dengan sebutan “Eyang”.
Mengutip dari Buddhazine.Com tanggal 30 Januari 2023 “Eyang” lahir pada tanggal 3 September 1944 di Dasa Gepok, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah dari pasangan Adma Mustam dan Sadiem dengan nama asli Sunardi.
Sunardi kecil hidupnya sering sakit-sakitan dan berpindah pindah mengikuti keluarganya karena pada waktu itu masih suasana perang melawan penjajah di daerah Jawa.
Tetapi hal itu tidak menyurutkan Sunardi untuk belajar dengan mengikuti Sekolah Rakyat dan dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yakni Sekolah Menengah Pertama dan aktif dalam kegiatan ketrampilan hidup mandiri, Sunardi juga pandai mengukir batu, batok kelapa sampai tukang cukur rambut.
Masa remaja Sunardi kerap mengunjungi tempat-tempat keramaian terutama pertunjukan wayang kulit, sampai hafal semua lakon dan tokoh pewayangan.
Bersama teman-temanya Sunardi sering berkunjung ke Candi Borobudur dan Candi Pambanan dan Ia penasarang dengan kemegahan candi, ukir-ukiran relief dan patung. Dan hal itu terjawab pada sebuah majalah Mutiara Minggu yang memuat tentang agama agama besar di Indonesia, dan mulai saat itu Sunardi tertarik dan rutin mempelajari Agama Buddha.
Pada tahun 1960 Soenardi bertemu dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita di Bandung dengan belajar paritta-paritta suci dan Buddha Dhamma yang mendalam dan sering ditunjuk menjadi pemimpin kebaktian (Upacarika), untuk mahasiswa-mahasiswi di Vihara Vimala Dharma Bandung, dari kesempatan itu Sunardi mulai bergabung dalam organisasi agama Buddha di Bandung tahun 1962.
Setelah kurang lebih satu tahun di Bandung, Ia ditugaskan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita untuk mengembangkan Buddha Dharma di wilayah Sumatera khususnya Medan, Padang dan Pekanbaru.
Dalam kesehariannya Sunardi dengan puluhan peserta lainnya berlatih Vippassana-Bhavana secara intensif di bawah bimbingan langsung Bhikkhu Ashin Jinarakkhita, dan ditahbis sebagai upasaka dan sering mendampingi Bhikkhu Ashin Jinarakkhita berkeliling Sumatera, bahkan Indonesia. Sunardi ditahbiskan menjadi Samanera (calon Bhikkhu) oleh Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dengan nama Dhammasushiyo.
Akhirnya Samanera Dhammasushiyo mengambil keputusan untuk menjadi seorang Bhikkhu. Dia diupasampada tradisi Theravada dengan nama Bhikkhu Jinadhammo, bersama dengan empat orang samanera lain. Upacara upasampada dilakukan di Candi Borobudur, bertepatan dengan hari Vesakha Puja, tanggal 08 Mei 1970. Penabhisan kelima samanera menjadi Bhikkhu tersebut dilakukan oleh Ven Chaukun Sana Sobhana (Wakil Sangharaja Tailand waktu itu dan kemudian menjadi Sangharaja).
Segera setelah diupasampada Bhikkhu Jinadhammo berangkat ke Bangkok Thailand untuk belajar pendalaman Agama Buddha khususnya pelajaran vinaya dan berlatih meditasi pada para Bhikku yang ahli seperti guru meditasi termasyur Ajan Boowa di Vihara hutan Udonthani.
Setelah sekitar tiga tahun, Bhikkhu Jinadhammo kembali ke Indonesia dan bertugas untuk membina Umat Buddha di Pulau Sumatra dan bermukim di Vihara Borobudur Medan.
Karena rumah ibadah agama Buddha masih jarang, Bhikkhu Jinadhammo mulai membangun vihara dan cetiya di wilayah Sumatera dan sering diminta umat untuk mengirim tenaga pengajar agama Buddha baik di vihara maupun di sekolah dengan mendatangkan tenaga guru dari pulau Jawa agar dapat memberikan pelayanan kepada umat Buddha.
Bhikkhu Jinadhammo mendapat anugerah gelar kehormatan dari Kerajaan Thailand sebagai Than Choukun Phra Vithetdhammanyana. Pada 5 Desember 2016, Gelar kehormatan ini diberikan kepada Bhante Jinadhammo atas pengabdiannya membabarkan Buddha Dhamma di Indonesia.
Dalam pengabdiannya, Bhikkhu Jinadhammo dikenal sebagai sosok non-sekterian. Meski tercatat sebagai salah satu senior di Sangha Agung Indonesia, Ia juga menjadi penasihat Cetiya Maha Sampatti dan Vihara Maha Sampatti yang berada di bawah naungan Sangha Theravada Indonesia. Bhikkhu Jinadhammo juga sering memberi ceramah dan menghadiri perayaan hari besar Agama Buddha di vihara-vihara Mahayana.
Pengabdian Bhante Jinadhammo dalam memperjuangkan Dhamma ajaran Buddha di terutama pada wilayah Sumatera telah berbuah manis, kini tinggal kita berkewajiban untuk meneruskan perjuangan Beliau. Terima kasih Bhante. (redaksi ini diolah dari berbagai sumber).