Tangerang (Bimas Buddha) ------------- YM. Bhante Sri Pannavaro Mahathera hadiri Sannipata Nusantara Waisak 2024 bersama sekitar 5.000 umat dari berbagai elemen Buddha seluruh Indonesia dan menyampaikan bahwa keberagaman atau perbedaan adalah kewajaran alami dalam bahasa Pali Sansekerta disebut sebagai Dhammata.
Menurut Bhante keberagaman dan perbedaan itu harus dijaga dengan baik kalau tidak keberagaman itu akan menimbulkan kehancuran.
“Kesadaran beragama menjaga keberagaman dan perbedaan itu dengan sacca ketulusan hati untuk menerima perbedaan, ketulusan hati untuk menerima keberagaman tidak hanya menghargai perbedaan atau keberagaman tetapi menerima dengan ketulusan hati perbedaan dan keberagaman itu,” sebut Bhate pada Sabtu (06/07/2024).
Bhante juga menjelaskan seorang pujangga Buddhis besar Mpu Tantular pernah menggubah salah satu kotbah Guru Agung Buddha Gautama Suttasoma-Jataka, Mpu Tantular menggoreskan pisaunya pada daun lontar kekawin Sutasoma, disaduran Sutasoma oleh mpu Tantular itulah dituliskan oleh beliau Bhinneka tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu sebagai bangsa Indonesia, satu dalam kemanusiaan yang tunggal.
“Bhinneka Tunggal Ika yang di goreskan oleh Mpu Tantular itu sesungguhnya adalah penjabaran ajaran Metta cinta kasih yang merupakan salah satu ajaran central Guru Agung Buddha Gautama Bhinneka tunggal Ika berbeda-beda tetapi hakikatnya satu harus diucapan dengan satu tarikan nafas, tidak bisa Bhinneka dipisahkan dari Tunggal Ika dan tidak mungkin Tunggal Ika meniadakan Kebhinnekaan,” jelasnya.
Sementara Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi menyampaikan Sannipata dapat dimaknai pertemuan agung atau petemuan akbar atas dasar kesadaran dari berbagai kondisi baik yang kita miliki, yang dilaksanakan untuk mendengarkan atau membahas dhamma yakni pesan-pesan kebenaran atau pesan-pesan pembangunan saat ini.
“Sannipata Nusantara Waisak digelar dalam rangka memeringati Hari Raya Waisak 2568 B.E. pertemuan akbar nasional yang mengusung tema “Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia” Tema ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multi kultur dari berbagai suku bangsa, ada istiadat, budaya dan agama yang berbeda beda yang harus dimaknai sebagai keragaman yang harus saling menguatkan satu sama lain,” lanjut Dirjen
Kesadaran ini lanjut Supriyadi di harapkan dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika yang pada gilirannya dapat mewujudkan kehidupan yang harmonis dan bahagia adil makmur, dan itulah tujuan yang ingin kita capai.