Jakarta (Bimas Buddha) --------- Seminar sehari tentang Nilai Spiritualitas Borobudur menghadirkan beberapa narasumber. Dalam pembasannya masing-masing narasumber mempunyai pandangan sesuai dengan disiplin ilmunya.
Komitmen menjaga Candi Borobudur sebagai tempat wisata budaya dan spiritual semakin terealisasikan. Nantinya, pengunjung wisata ke Candi Borobudur akan dibatasi hingga mencoba pengalaman baru lewat metaverse.
Pamong Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anton Wibisono mengatakan, kawasan Candi Borobudur untuk tidak diubah menjadi kawasan perkotaan sehingga relief yang terdapat pada candi masih tetap relevan dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar candi.
“Agar relief tetap relevan dengan kehidupan, maka kita harus menjaga. Bukan identik dengan tradisional yang kumuh dan tertinggal, berubah menjadi pedesaan modern,” ujar Anton di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat, (01/09/2023).
Lewat Kongres Nilai Spiritualitas Borobudur Bagian ke-2 ini, Anton juga menjelaskan banyak aspek penting dari Candi Borobudur yang harus lebih diperhatikan. Anton menilai ada lima aspek lain yang perlu dipertimbangkan untuk terwujudnya nilai spiritualitas di Candi Borobudur.
“Pertama pada desain, kedua material, ketiga fungsi atau bagaimana Borobudur didirikan dan masyarakat memfungsikannya, keempat lokasi dan latar lingkungan, kelima bahasa, dan terakhir spirit dan feeling. Dua hanya mengacu pada fisik dan lima lainnya tidak mengacu pada fisik Candi Borobudur,” ujarnya.
Selain itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Bimas Buddha Supriyadi berharap, metode lain untuk menjaga nilai spiritual Candi Borobudur, nantinya akan ada dalam bentuk metaverse.
“Sebelum mendapatkan pengalaman real, pengunjung dapat melihat terlebih dahulu bentuk metaverse Candi Borobudur,” ujar Supriyadi.
Ditambahkan Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI/Indonesian Heritage Trust) Catrini Pratihari Kubontubuh, mengatakan nilai spiritualitas pada Candi Borobudur dapat menjaga keharmonisan alam dan budaya.
“Dengan menjaga keharmonisan alam dan budaya, secara tidak langsung mengangkat sisi komersial dan ekonomi,” jelas Catrini.
Sejumlah praktisi dan pemerhati budaya ikut merumuskan nilai spiritual dalam pemberdayaan wisata Candi Borobudur sebagai pusat ibadah umat Buddha Indonesia dan Dunia.