Jakarta (Bimas Buddha) ------------ Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin mewakili Menteri Agama Nasaruddin Umar hadiri gelaran KTT Muslim-Buddhist yang berlangsung di Phnom Penh, Kamboja, dalam kesempatan pidatonya Sekjen menyampaikan empat strategi Kementerian Agama yang telah dilakukan untuk menjaga harmoni.
Turut diundang dalam gelaran KTT tersebut tidak kurang dari 38 negara, baik dari kawasan Asia, Eropa dan Timur Tengah, termasuk beberapa delegasi dari Indonesia yang sebagian besar merupakan perwakilan ormas Islam, seperti MUI, PBNU, PP. Muhammadiyah dan beberapa kalangan akademisi dari perguruan tinggi keagamaan.
Dalam kesempatannya Kamaruddin Amin mengatakan tantangan harmoni umat beragama, terutama di tengah dinamika masyarakat multikultural dan multiagama, juga di era teknologi digital sering memicu residu dan berita hoax. “Ini mudah menyulut konflik keumatan. Karenanya, kami melakukan beberapa strategi,” jelasnya.
Strategi pertama yang dilakukan adalah penguatan kelembagaan dialog lintas agama. “Di Indonesia, misalnya ada Forum Kerurukunan Umat Beragama (FKUB) yang berfungsi mengelola harmoni dan dialog lintas agama,” ungkap Kamaruddin.
Untuk strategi yang kedua yaitu melihat demografi yang makin banyak diisi oleh pemuda milenial dan gen-Z, diperlukan pengembangan program pertukaran pemuda lintas agama untuk menanamkan semangat toleransi dan kolaborasi sejak dini. “Di Indonesia, kita melakukan dialog pemuda lintas agama. Di tingkat regional, ada pula dialog lintas agama ASEAN yang diikuti oleh pelajar dan mahasiswa sebagaimana yang dilakukan dalam forum MABIMS,” sambungnya.
Adapun Strategi ketiga yang dilakukan yakni peningkatan kerja sama antarnegara, khususnya dalam konteks ini, dengan negara-negara Muslim dan Buddha. Menurut Kamaruddin, penting untuk berbagi pengalaman dalam membangun toleransi dan kerukunan sosial, apalagi lanskap demografi dan kehidupan beragama di Indonesia dan Kamboja cukup unik.
“Di Indonesia, umat Buddha merupakan minoritas di tengah mayoritas Muslim. Di Kamboja, umat Muslim merupakan minoritas di tengah mayoritas Buddha. Tentu saja, berbagi pengalaman sangat penting dan kontekstual untuk penguatan kerukunan dan sinergitas,” kata Kamaruddin Kamis (27/2/2025).
Strategi terakhir dalam menghadapi tantangan harmoni umat beragama adalah memberdayakan komunitas agama setempat, dengan mendukung inisiatif lintas agama dalam membangun dialog dan kerja sama lintas agama. Misalnya, membentuk yayasan lintas agama yang bergerak dalam pengembangan ekonomi umat atau menangani isu-isu kemanusiaan, seperti kemiskinan dan masalah lingkungan.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Supriyadi mengucapkan terima kasih kepada Sekretaris Jenderal, atas kehadiran pada gelaran KTT Muslim-Buddhist. “Atas nama Ditjen Bimas Buddha dan umat Buddha merasa terwakili dengan hadirnya Pak Sekjen mewakili Pak Menteri pada acara KTT Muslim-Buddhist, ini menjadi hal baik untuk umat Buddha dalam meningkatkan kebersamaan dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia memang yang sudah terjalin baik selama ini,” ungkap Dirjen pada Jum’at (28/02/2025).
Supriyadi menambahkan dengan diselenggarakannya KTT Muslim-Buddhist akan berdampak positif terutama bagi umat Buddha di Indonesia dalam melakukan kolaborasi dan harmoni antar umat beragama Indonesia dan antar negara.
Peran umat Buddha akan semakin nyata dalam berkontribusi mengelorakan toleransi antar umat beragama yang moderat dan mempraktekan secara langsung internalisasi kerukunan umat beragama.