Jakarta (Bimas Buddha)-Sampah organik masih menjadi isu lingkungan dan tidak memiliki nilai ekonomi, selain itu sampah jenis ini melewati proses pembusukan yang menyuplai gas metan dan berbahaya bagi makhluk hidup.
Menyikapi dampak lingkungan tersebut, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha melalui kerjasama dengan Persatuan Umat Buddha Indonesia (PERMABUDHI) membuat Pelatihan Eco Enzyme di Ruang Rapat Lantai 3 dan Ruang Sidang Lantai 16, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (06/10/2023) ini.
“Semoga dengan kegiatan ini nanti, bukan hanya sekedar kita mendengarkan tentang proses pembuatan eco enzyme tetapi sesungguhnya yang penting adalah bagaimana kita melakukan sebuah upaya agar bumi ini menjadi tetap lestari, tetap nyaman, dan kita bisa menghirup udara oksigen dengan sebanyak-banyaknya,” ujar Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi saat hadir dan membuka kegiatan tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) mendorong gerakan Pembuatan dan Pemanfaatan Eco Enzyme pada Sabtu (02/09/2023) lalu.
“Gerakan untuk menyelamatkan bumi menjadi sangat penting, karena itulah maka Menko PMK kemudian melakukan pergerakan revolusi mental dengan gerakan menyelamatkan bumi melalui program eco enzyme,”t ambah Supriyadi.
Supriyadi mengharapkan kegiatan ini bisa dimulai dari internal dan menjadi kebiasaan baik.
“Mudah-mudahan di internal kita dimulai dari kantor ini, nanti setidaknya di lingkungan Kementerian Agama ini bisa bersih, bisa baik, bisa menopang untuk menyediakan oksigen dengan baik sehingga kita bisa membawa ke rumah karena proses ini menjadi suatu habit atau perilaku,” ucap Dirjen Bimas Buddha.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Enzim Bakti Indonesia Linda mengajak agar peserta yang hadir untuk tidak duduk diam dan segera bertindak untuk melestarikan lingkungan.
“Mulai saat ini jangan duduk diam, buat eco enzyme karena itu solusi untuk masa depan. Harta benda kita tidak mungkin tinggalkan untuk anak cucu kita tetapi kita mesti meninggalkan dunia yang bersih, udara yang bersih, tanah yang bersih untuk anak cucu kita,” ujar Linda.
Relawan Eco Enzyme Juliana Ojong memaparkan, ada tiga takaran yang harus diperhatikan untuk membuat eco enzyme yaitu menyiapkan 1 kilogram gula merah atau molase, 3 kilogram sisa buah atau sayur yang bersih, tidak busuk, dan tidak bekas masak serta 10 liter air.
“Ada tiga angka yang perlu dihafal ada apa aja bapak ibu, satu, tiga, sepuluh,” ujar Juliana.
Pelatihan ini ditujukan untuk seluruh Pegawai Ditjen Bimas Buddha, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Bimas Buddha, Perwakilan dari Ditjen Bimas Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Konghucu.