Singkawang (Humas Buddha ) ---------------- Perayaan Cap Go Meh merupakan rangkaian upacara Tahun Baru Imlek yang dilakukan setelah 15 hari merayakan Imlek, Selasa (15/02).
Sekretaris Majelis Agama Buddha Tri Dharma Indonesia (MAGABUTRI) Provinsi Kalimantan Barat Edhylius Sean menjelaskan Cikal bakal adanya ritual Cap Go Meh di Singkawang karena dulunya ada kisah wabah cacar air yang melanda salah satu daerah di Singkawang.
Kemudian para tabib atau sering disebut Tatung melakukan suatu ritual untuk mengusir roh-roh jahat yang menggangu di kota tersebut. Dengan diadakan ritual, penyakit cacar air menghilang dan masyarakat mempercayai bahwal ritual tersebut berhasil dalam mengusir roh-roh jahat yang menimbulkan penyakit sehingga ritual tersebut dilakukan sampai sekaran, tutur Edhylius Sean.
“Selain memanjatkan doa dan sembahyang, salah satu ritual dalam perayaan Cap Go Meh yakni ritual cuci jalan yang dilakukan oleh para Tatung yang menjadi daya tarik tradisi kearifan lokal. Dalam ritual tersebut, Para Tatung melakukan berbagai atraksi kekebalan tubuh dengan senjata yang diyakini dapat mengusir roh-roh jahat yang menggangu kota, tambahnya.
Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie, hadir dalam acara agar tradisi Cap Go Meh bisa kita lestarikan dan kembangkan sehingga menjadi satu daya tarik untuk mancanegara, dimana Cap Go Meh sudah masuk dalam event nasional dan event pariwisata.
“Ayo berkunjunglah ke Kota Singkawang karena setiap tahun kita mengadakan ritual Imlek dan Cap Go Meh ini, yang hanya bisa dapat disaksikan di Kota Singkawang untuk Indonesia.”, ajak Tjhai Chui Mie.
Kasi Bimas Buddha Kankemenag Kota Singkawang Warsito menjelaskan pelaksanaan Cap Go Meh dilaksanakan setiap tahun yang merupakan ritual keagamaan untuk menjauhkan malapetaka, bencana, musibah, dan ganguan.