Jakarta (Bimas Buddha) ------- Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi mengajak umat Buddha untuk selalu mengedepankan perilaku toleran, menghargai setiap perbedaan karena pada hakikatnya manusia hidup tidak sendiri.
Hal itu disampaikan Supriyadi saat meresmikan Vihara Prajna Chan Monastery Jakarta Utara yang didampingi oleh Bhikkhu Sangha, Pembimas Buddha DKI Jakarta, Penyelenggara Buddha Jakarta Utara dan Penyelenggara Jakarta Timur, Sabtu (07/01/2023).
“Hari ini saya hadir bersama kawan-kawan untuk turut mengucapkan selamat dan terima kasih kepada umat Buddha Mahayana yang telah sukses mendirikan bangunan megah ini,” jelasnya.
Supriyadi juga menyampaikan bahwa pemerintah saat ini memiliki sebuah kebijakan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang religius serta tahu untuk berbakti pada bangsa dan negara.
“Oleh karena itulah kami dari Kemenag mengeluarkan sebuah kebijakan untuk mewujudkan kehidupan beragama yang moderat, dengan satu program yang namanya moderasi Bergama,” lanjut Supriyadi.
Dirjen sangat mengapresiasi proses pembangunan vihara yang melibatkan tidak hanya semata-mata oleh umat Buddha namun mendapatkan dukungan dari umat agama lain.
“Ini sebagai bentuk perwujudan bahwa ternyata kehidupan yang damai dan rukun dapat terbangun,” ungkapnya.
Menurutnya indikator keberhasilan toleransi dan moderat yakni salah satunya adalah menghargai adanya perilaku anti kekerasan, hal itu sesuai dengan nama Prajna Chan yang artinya jauh dari perilaku-perilaku yang tidak baik, atau perilaku yang tidak menyenangkan.
Demikian pula lanjut Dirjen kehidupan moderat ditandai dengan orang-orang yang bisa menaati atas seluruh ketentuan yang ada, mengedepankan norma-norma Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dirjen berharap bahwa dengan berdirinya Vihara Prajna Chan Monastery akan dapat memberikan dampak bagi pengembangan kepribadian umat Buddha agar menjadi manusia yang berguna, bermanfaat bagi dirinya serta lingkungannya.
Ketua Yayasan Prajna Chan Monastery, Hengkie Ong dalam laporannya menyampaikan bahwa bahwa proses pembangunan telah melalui banyak hambatan dan rintangan, namun berkat keyakinan pada Buddha dan Bodhisatva pada akhirnya menggerakkan banyak orang untuk memberi dukungan untuk pengurus.
Hengkie menyampaikan pada dasarnya pembangunan vihara melibatkan dukungan dari banyak pihak. Ia menyebut bahwa tidak hanya dari kalangan umat Buddha saja namun dari umat agama lain.
“Perlu diketahui bangunan ini beridiri melibatkan begitu banyak dukungan. Bahkan dukungan dari sudara-saudara kita yang non Buddhis,” jelasnya.
Rangkaian upacara peresmian dimulai dengan puja bakti yang dipimpin oleh anggota Sangha, pengguntingan pita pintu utama vihara dan penandatanganan prasasti.