Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan bahwa dalam hal pengelolaan rumah ibadah agama Buddha masih ditemui beberapa persoalan. Diantaranya yakni, persoalan kepengurusan dan aset Lembaga atau rumah ibadah. Hal tersebut disampaikannya saat membuka Kegiatan Penguatan Manajemen Rumah Ibadah Agama Buddha di DKI Jakarta, Jum’at (10/03/2023).
“Banyak hal yang dapat kita sikapi menyangkut kepenguruan maupun masalah aset. Ini penting sebagai bahan untuk berpikir bersama,” tuturnya.
Menurut Dirjen, persoalan kepengurusan yang akhir-akhir ini masih ditemui dalam lingkungan rumah ibadah adalah bentuk ketidakpatuhan terhadap organisasi. Melalui forum ini pihaknya akan dapat diperoleh panduan guna merumuskan tata kelola kepengurusan yang baik sehingga menjadi organisasi yang sehat.
Dijelaskan pula, aset-aset yang tidak tertata dengan baik hanya akan membawa persoalan di kemudian hari. Oleh karenanya Dirjen berpesan agar hal itu patut dijadikan pemikiran bagi kita semua.
Melalui forum ini Supriyadi juga menghimbau kepada segenap pengelola rumah ibadah waspada agar tidak timbul pergolakan atau semacam gap.
“Kepada teman-teman yang mengelola rumah ibadah penting untuk disadari agar tidak timbul pergolakan atau gap dengan orang lain,” jelasnya.
“Saya berharap Semua pemikiran tidak diadu pada nomenklatur yang ada namun yang kita lakukan adalah bagaimana mengisi ruang-ruang itu agar dapat diwujudkan dalam sebuah kesepakatan,” tambahnya.
Selain persoalan kepengurusan dan aset, Dirjen juga menyoroti tentang opini tentang sepinya rumah ibadah. Supriyadi mengajak umat Buddha untuk meningkatkan aktivitas dalam rumah ibadah.
“Diperlukan komunikasi dan koordinasi, artinya bahwa jika dimungkinkan rumah ibadah harus dibuat ramai dahulu agar tidak timbul stigma bahwa umat Buddha tidak perlu rumah ibadah yang besar. Jangan hanya dipakai hanya saat perayaan hari besar saja,” sambung Supriyadi.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa apabila aktivitas di rumah ibadah semakin semarak, tentunya hal itu menjawab keberadaan rumah ibadah itu sangat penting bagi umat Buddha.
Supriyadi menyebutkan bahwa aktivitas pendidikan dan pemberdayaan umat adalah contoh kegiatan yang nantinya akan dapat mengisi ruang kosong sehingga rumah ibadah tidak terkesan hanya dipakai untuk ritual saja. Dari hal tersebut diharapkan umat Buddha dapat berkembang.
“Saya berharap agar antar majelis maupun antar pengelola rumah ibadah terus menjalin komunikasi serta kerja sama agar kehidupan umat Buddha semakin meningkat serta semarak,” pungkasnya.
Kegiatan Penguatan Manajemen Rumah Ibadah Agama Buddha diikuti oleh 50 peserta dengan menghadirkan dua narasumber yang akan mendampingi serta mengarahkan dalam diskusi. Turut hadir mendampingi Dirjen, yakni Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Nyoman Suriadarma.